div.TabView div.Tabs { height: 24px; overflow: hidden; } div.TabView div.Tabs a { float: left; display: block; width: 98px; text-align: center; height: 24px; padding-top: 3px; vertical-align: middle; -moz-border-radius-topleft:12px; -moz-border-radius-topright:12px; border-top: 1px solid #d9e3ff; border-left: 1px solid #d9e3ff; border-right: 1px solid #d9e3ff; border-bottom: 1px solid #d9e3ff; font-family: "verdana", Serif; font-weight: 900; color: #1E62B6; } div.TabView div.Tabs a:hover, div.TabView div.Tabs a.Active { background-color: #F2F2F2; } div.TabView div.Pages { clear: both; border-left: 1px solid #d9e3ff; border-right: 1px solid #d9e3ff; border-bottom: 1px solid #d9e3ff; overflow: hidden; background-color: #ffffff; } div.TabView div.Pages div.Page { height: 100%; padding: 0px; overflow: hidden; } div.TabView div.Pages div.Page div.Pad { padding: 3px 5px; }

JAM

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

Minggu, 06 Mei 2012

Apa itu Open Source ?

Jika diartikan menurut arti kata, – Open Source- dalam bahasa Indonesia berarti Kode Terbuka. Kode yang dimaksud disini bukanlah kode morse, ataupun kode barang, tetapi yang kode yang dimaksud disini adalah Kode Program. Kode Program yang dimaksud adalah perintah – perintah yang diketikkan berdasarkan logika yang benar.
Suatu program dengan lisensi Open Source berarti program tersebut membuka Kode Programnya bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya, caranya dengan menyertakan kode program bersama dengan distribusi paket program yang sudah jadi (hasil kompilasi). Dengan penyertaan kode program tersebut, pembeli atau pengguna program dapat membedah program tersebut, melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhannya, bahkan memperbaiki -Bug- atau kesalahan logika dalam program tersebut. Contoh program yang Open Source adalah Linux. Dalam setiap distribusinya vendor Linux juga menyertakan Kode Program Linux.
Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa program / software yang Open Source tidak selalu tersedia secara gratis. Tetap ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli program tersebut. Contoh, misalnya Sistem Operasi RedHat Linux, program Linuxnya tetap dibeli dengan harga yang murah. Lalu, apa bedanya Open Source dengan -Closed Source-
Pada program yang -Closed Source-, paket program tidak dapat didistribusikan lagi selain oleh pembuat / vendor program tersebut. Jika ada distribusi yang bukan oleh vendor program tersebut, maka itu dianggap sebagai pembajakan software. Atau dengan kata lain program yang -Closed Source- tidak dapat didistribusikan secara bebas, kecuali oleh vendor program tersebut. Sedangkan software yang Open Source, dapat didistribusikan secara bebas oleh siapapun. Paket program juga dapat digandakan secara bebas.
Tujuan Open Source sebenarnya adalah ingin menghilangkan ketergantungan terhadap vendor program, dimana vendor bisa saja bertindak seenaknya. Dalam program yang -Closed Source- vendor bisa saja menyisipkan kode – kode yang mungkin dapat membahayakan pengguna program, dan menghilangkan privasi pengguna.
Selain itu, Open Source juga bertujuan menyediakan software yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas, dan menghindari pengerukan keuntungan yang berlebihan oleh vendor.
Bagi kalangan IT khususnya di Indonesia, dengan adanya software yang Open Source dapat mendorong semangat untuk mengembangkan program bagi tenaga – tenaga TI di Indonesia. Sebab dengan mempelajari kode program, dapat dianalisa dimana kelemahan program, apa sesungguhnya proses yang berlangsung dalam kerja program, dan sekaligus mencari solusi terhadap kelemahan program yang ditemui. Atau yang lebih extreem adalah memodifikasi program sedemikian rupa agar lebih ergonomis / pas digunakan sesuai dengan keperluan.
Sebagai tenaga yang bergerak di bidang TI, tentunya kita tidak boleh hanya menjadi End User yang hanya mampu memanfaatkan hasil kerja orang lain. Sebab dengan demikian sampai selama – lamanya bidang TI kita akan tertinggal dari negara – negara lain. Kalau hanya ingin menjadi End User, untuk apa kita susah – susah membuang waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk menjadi S.Kom ???? Kalau memang hanya ingin menjadi End User lebih efektif dan efisien mengikuti kursus.
Hal inilah yang masih belum disadari oleh kebanyakan Pengajar maupun mahasiswa bidang Teknologi Informasi di Indonesia. Seorang S.Kom bukan dipersiapkan untuk menjadi pengguna, melainkan dipersiapkan untuk menjadi Analis Sistem yang dapat merancang baik software maupun hardware. Dengan menggunakan program yang Open Source bukankah telah terbuka jalan yang sangat lebar untuk menuju ke arah tersebut ?????
Dengan mempelajari kode program yang Open Source kita dapat menganalisa teknik yang digunakan dalam pembuatan software tersebut, yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk merancang aplikasi yang berguna ?????
Harus diakui bahwa jika kita bekerja sebagai Software Developer yang Open Source, akan mengurangi jumlah pendapatan yang akan diterima jika dibandingkan dengan Software Developer yang -Closed Source-, sebab software yang kita buat dapat di distribusikan secara bebas oleh orang lain tanpa membayar lisensi kepada kita.
Namun, ada yang jauh lebih berarti dibandingkan dengan uang tersebut. Yaitu Perbuatan Amal. Dengan mengeluarkan program yang Open Source, dimana pengguna dapat melihat, mempelajari, dan memodifikasi Kode Program, dapat dibayangkan berapa banyak orang yang memperoleh pengetahuan dari program kita, berapa banyak mahasiswa yang dapat meningkatkan kemampuannya dengan mempelajari software yang kita buat. Belum lagi umpan balik yang diberikan oleh pengguna
yang mengetahui kelemahan program kita dan memberikan solusinya, yang dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita.
Lagipula, vendor seperti RedHat yang selama ini bergerak sebagai Software Developer yang Open Source tidak menjadi bangkrut malahan semakin maju. Mengapa ????? Sebab, pengguna yang awam dengan sistem komputer tetap akan menghubungi vendor program jika terjadi masalah dengan program. Karena mereka menganggap bahwa vendor tentu lebih memahami programnya dibandingkan dengan teknisi yang lain.
Namun, pilihan untuk mengikuti Open Source atau tidak tetap bergantung pada diri kita masing – masing. Seandainya anda berkeinginan menjadi Software Developer yang kaya raya seperti Bill Gates, mungkin anda memilih menjadi Software Developer yang -Closed Source-.
Sebaliknya, jika anda adalah seorang yang senang berbagi ilmu dan pengalaman tentunya anda lebih senang menjadi Software Developer yang Open Source, namun itu tentunya kemungkinan kecil dapat menjadikan anda sekaya Bill Gates. Well, pilihan tetap berada pada diri kita masing – masing.

Linux VS Windows

1. Instalasi dan Kelengkapan Program
Setelah terinstal, Linux yang berperan sebagai OS, juga  menyediakan kategori program seperti :
Office Suite, Multimedia (Sound, Video, Graphics)
Internet (Browser, Email, Chat, Downloader, Messenger, Torrent, News)
l   3D, etc

Windows tidak menyediakan banyak program setelah diinstal. Adapun program yang  tersedia :
l   Internet Explorer
Media Player
Notepad
l   dan beberapa program kecil lainnya.
Dengan waktu instalasi yang hampir sama, Anda bukan hanya mendapatkan suatu sistem operasi tetapi juga semua program yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari di Linux.
2. Konfigurasi Sistem
Windows dikenal kemudahan dalam pemakaiannya, karena hampir semua hal bisa dilakukan dengan sistem point n’ click yang sudah berbasis grafis.
Di Linux ada kalanya perlu  menyunting driver secara manual melalui command line. Tetapi dengan adanya PCLINUX Control Center, konfigurasi sistem bisa dilakukan dengan mudah.
3. Hardware Support
Di Windows, biasanya Anda tidak pernah mendengar masalah hardwre, karena hampir semua hardware yang ada sudah menyertakan drivernya. Berbeda dengan di Linux dimana Anda mungkin sering mendengar suatu hardware tidak bekerja di Linux. Hal ini terjadi karena pembuat hardware tidak menyediakan driver versi Linux. Untungnya, belakangan ini cukup banyak vendor yang sudah memberikan dukungan driver Linux. Dan pengenalan Linux akan hardware semakin lama semakin meningkat sehingga mulai jarang terdengar permasalahan hardware di Linux.
4. Menangani Crash
Linux secara umum terlihat sebagai sistem operasi yang stabil. Dan jika Anda membandingkan Linux dengan Windows 95/98/ME, Linux jauh lebih stabil.
Dan seperti halnya dengan Windows, suatu saat Anda juga akan menemui masalah di Linux. Meskipun jarang, namun program yang crash atau hang bisa saja terjadi.
Meski Unix dan Linux mempunyai sifat multi-user namun Linux menjalankan aplikasi secara berbeda dengan Windows. Ketika suatu aplikasi terkunci, Anda dapat mematikannya dengan mudah. Cukup menekan kombinasi tombol Ctrl + Esc, dan Anda dapat mematikan proses yang bermasalah.
Dan jika sistem grafis pada linux yang terkunci, Anda bisa berpindah ke command-prompt (dengan menekan Ctrl+Alt+F1) dan mematikan proses software secara manual. Anda juga mempunyai pilihan untuk merestart desktop saja dengan menekan Ctrl+Alt+Backspace. Ini berarti Anda tidak harus melakukan reboot sekalipun sistem Linux sedang mengalami masalah.
5. Partisi Harddisk
Linux tidak mengenal penamaan drive C: untuk suatu partisi. Semua drive disatukan dalam suatu sistem penyimpanan yang besar. Folder /mnt merupakan tempat untuk Anda mengakses semua media yang ada di komputer, baik partisi lain, CD-ROM, Floppy, ataupun FlashDisk.
6. Penamaan File
Linux menggunakan “/” untuk memisahkan folder dan bukannya “” yang biasa digunakan DOS/Windows. Linux bersifat case-sensitive, ini berarti file “Hello.txt” berbeda dengan file “hello.txt”. Linux juga tidak terlalu memperhatikan ekstensi file. Jika Anda mengubah nama file “Hello.txt” menjadi “Hello”, Linux masih tetap mengetahui bahwa file ini adalah suatu teks. Dan ketika Anda mengklik file “Hello”, Linux secara otomatis tetap akan membuka program editor teks.
7. Kemudahan dan Keamanan
Sebagai user biasa yang bukan root, hendaknya tidak bisa utnuk menulis file di sembarang folder karena user biasa hanya memiliki akses tulis di folder home mereka. Sebagai user biasa, Anda tidak akan bisa mengubah bagian penting dari sistem Linux. Ini memang terkesan terlalu membatasi dan merepotkan, tetapi cara ini jauh lebih aman, karena hanya orang tertentu yang mempunyai akses Root saja yang bisa menyentuh sistem. Bahkan viruspun tidak bisa dengan mudah menyentuh sistem Linux. Itu sebabnya Anda tidak banyak mendengar adanya virus di Linux.
Hal ini berbeda jauh dengan Windows yang sangat rentan dengan virus. Ini terjadi karena user biasa di Windows juga sekaligus mempunyai hak sebagai administrator. Dan hal ini mengakibatkan system mudah di akses sehingga viruspun mudah di kembangkan pada system windows.
PENTING !!! PENTING !!! PENTING !!!
Itu sebabnya di Linux, Anda tidak disarankan menggunakan user Root untuk keperluan sehari-hari. Buatlah minimal 1 user untuk setiap komputer dan hanya pergunakan Root untuk keperluan administrasi sistem
8. Defrag
Di Windows, Anda mungkin sering menemui masalah menurunnya kecepatan Windows. Salah satu penyebabnya adalah file-file di harddisk yang sudah tidak tersusun.
Di Linux Anda tidak akan menemukan program untuk men-defrag harddisk. Anda tidak perlu melakukan defragment di harddisk Linux! Sistem file Linux yang menangani semuanya ini secara otomatis. Namun jika harddisk Anda sudah terisi sampai 99% Anda akan mendapatkan masalah kecepatan. Pastikan Anda memiliki cukup ruang supaya Linux menangani sistemnya dan Anda tidak akan pernah mendapatkan masalah deframentasi.
9. Sistem File
Windows mempunyai dua sistem file. FAT (dari DOS dan Windows 9x) dan NTFS (dari Windows NT/2000/XP). Anda bisa membaca dan bahkan menyimpan file di sistem FAT dan NTFS milik Windows. Hal ini tidak berlaku sebaliknya, Windows tidak akan bisa membaca atau menyimpan file di sistem Linux.
Seperti halnya Windows, Linux memiliki beberapa macam file sistem, diantaranya ReiserFS(rfs) atau Ext3. Sistem ini dalam beberapa hal lebih bagus dari FAT atau NTFS milik Windows karena mengimplementasikan suatu tehnik yang disebut journaling. Sedang jurnal ini menyimpan catatan mengenai sistem file. Saat sistem Linux crash, kegiatan jurnal akan diselesaikan setelah proses reboot dan semua file di harddisk akan tetap berjalan lancar.
10. User Interface
Di Windows, Anda tidak banyak memiliki pilihan user interface. Sebagai misal, di Windows 95/98 Anda hanya mengenal user interface bawaan Windows 95/98. Anda sedikit lebih beruntung jika menggunakan Windows XP, karena Anda bisa berpindah dari interface milik Windows XP ke Windows 98 yang lebih ringan.
Sedangkan Di Linux, kita dapat menemukan banyak macam user interface. Dan biasanya pilihan user interface ini dapat Anda sesuaikan dengan spesifikasi komputer. Sebagai misal, pada komputer yang lambat Anda bisa menggunakan user interface yang ringan, seperti XFCE atau Fluxbox.
11. Sekuriti dan Virus
Salah satu masalah utama di Windows yang paling sering Anda temukan adalah virus dan spyware. Dari tahun ke tahun permasalahan ini bukan semakin mengecil tetapi malah semakin membesar. Ini semua terjadi karena banyak port di Windows yang bisa dieksploitasi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Linux diturunkan dari sistem operasi Unix yang memiliki tingkat sekuriti lebih kuat. Itu sebabnya tidak ada banyak virus di Linux dan kalaupun ada tidak bisa berkembang biak dengan pesat dan biasanya tidak mampu membawa kerusakan yang besar.
Namun meski Linux tidakn sepenting di Windows, Linux tetap dilengkapi program-program anti virus, seperti ClamAV dan F-Prot.
12. Spyware
Spyware adalah suatu masalah yang cukup umum di dunia Windows. Biasanya program spyware mengamati, mengumpulkan dan mengirimkan data Anda ke suatu server. Untuk hal yang lebih positif, program ini biasanya dipergunakan untuk keperluan marketing maupun komunikasi PC to PC.
Sayangnya, ada juga yang berniat buruk yaitu dengan mencuri identitas, kartu kredit, dan tindakan negatif lainnya.
Tidak banyak program spy ware yang menginfeksi Linux mengingat cara kerja Linux yang lebih susah untuk ditembus. PCLinux telah menyediakan pre-instal Firewall untuk melindungi sistem Anda dan bisa diaktifkan melalui PCLinux Control Panel.

Cara Mengembalikan GRUB yang Tertutup Windows


Jaman Grub (versi) Lama saya pernah menuliskan cara mengembalikannya.
Demikian pula dengan Grub(versi)  2 yang telah dipakai distro-distro besar linux masa kini, saya merasa perlu membuat catatannya. Sukur-sukur bermanfaat bagi yang lain :)
Ini berguna bagi yang mengalami Grub-nya tertutup distro lain ataupun setelah menginstall windows (semoga tidak yang bajakan).
Langsung saja :

  • Sama seperti Grub lama. Booting terlebih dahulu dengan LiveCD/DVD/Flashdisk.
  • Buka Terminal dan mulai diketikkan :
$ sudo -s
  • Kemudian diketikkan :
# fdisk -l
  • Dari hasil perinta diatas, misalkan letak instalasi Ubuntu (Linux Mint) berada di /dev/sda4 , maka :
# mount /dev/sda4 /mnt
  • Setelah menekan tombol Enter, ketikkan :
# grub-install --root-directory=/mnt/ /dev/sda
**/dev/sda diatas memang begitu adanya, jadi bukan (misal) /dev/sda4 atau berapapun hasil dari “fdisk -l” tadi.
  • Restart komputer / laptop
  • Bagi yang menginstall distro / OS lain dengan sebelumnya, setelah sukses masuk kembali ke Ubuntu, bisa melakukan finishing dengan mengetikkan di Terminal :
$ sudo update-grub
**Maka akan secara otomatis mengganti list grub sesuai dengan Distro / OS yang baru diinstal.

Senin, 30 April 2012

Cara membuat dual boot Linux dan Windows Seven telah terinstal terlebih dahulu)


1. Awal

Skenario: Anda ingin meng-install Windows Seven komputer yang telah terinstall Linux Ubuntu dalam Harddsik yang sama.
Ringkasan tutorial: Membuat ruang pada partisi Linux untuk melakukan installasi Windows Seven. Bootloader Seven cukup memusingkan kita ketika berada pada opsi dual boot setelah dilakukan installasi biasanya akan melakukan overwrite GRUB secara total. Pada bagian ini akan dibahas juga tentang cara melakukan install ulang GRUB pada MBR dan melakukan konfigurasi dual boot untuk Ubuntu and Windows Seven.

2. Langkah pertama: Back up GRUB boot menu Ubuntu
Apapun setting bootloader anda, jika terjadi kecelakaan atau terlupa,  langkah pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan backup GRUB bootloader. Sangat mudah untuk kehilangan dan jika Anda tidak tahu bagaimana untuk menulis ulang dari awal biasanya  beresiko harus melakukan instalasi ulang sistem Ubuntu dan yang paling paling parah adalah anda kehilangan data berharga anda.
Langkah pertama, backup GRUB Ubuntu dengan meng-klik Applications –> Accessories –> Terminal pada menu. Lalu eksekusi perintah ini
sudo gedit /boot/grub/menu.lst.
Teks file ini menyimpan semua informasi penggunaan GRUB untuk konfigurasi macam-macam opsi boot. Geser ke bawah dan pada baris antara “## ## End Default Options ##” and “### END DEBIAN AUTOMATIC KERNELS LIST” merupakan opsi boot Linux.
Buatlah sebuah backup pada file tersebut dengan mengklik File, Save As dan cari lokasi yang berbeda. Atau copy seluruh isi file dan tempatkan pada file baru. Jika mungkin, buatlah pada disk yang dapat dilepasatau pada lokaasi baru.

3. Buat ruang untuk instalasi Seven
Sekarang kita perlu membuat ruang pada hard drive yang digunakan untuk Seven, jadi ini akan melibatkan perubahan ukuran partisi Ubuntu. Restart sistem dengan menggunakan Live CD Ubuntu langkah ini memberikan anda akses ke Partition Editor GNOME.
Sekarang kita perlu membuat ruang pada hard drive yang digunakan untuk Seven, jadi ini akan melibatkan perubahan ukuran partisi Ubuntu. Restart sistem dengan menggunakan Live CD Ubuntu langkah ini memberikan anda akses ke Partition Editor GNOME. Ketika CD diload, pilih “Try Ubuntu without any change to your computer”.
Setelah CD diload, klik System, Administration, Partition Editor.
Klik kanan pada data partisi utama yang telah diformat dengan mode ext3 – seharusnya berada pada /dev/sda1 – dan pilih “Resize/Move”
Geser slider dari kanan untuk untuk mengecilkan partisi ext3 dan menciptakan ruang kosong pada hard drive, yang akan digunakan untuk partisi NTFS Windows Seven ikan bahwa space yang bebas tersebut cukup untuk digunakan Windows Seven (minimal 10GB disarankan 20GBalu klik “Resize/Move” untuk melakukan konfirmasi seleksi, dan “Apply” untuk kembali ke jendela utama aplikasi untuk untuk melihat perubahan yang masih tertunda.

4. Meng-install Windows Seven

Lakukan Instalasi Seven hingga selesai. Install System pada partisi yang telah disediakan.


5 – Restore boot loader GRUB
Setelah Seven terinstall,  maka komputer setelah dihidupkan akan langsung melakukan booting ke Windows Seven dan tidak ada tanda-tanda keberadaaan Ubuntu. Untuk mengembalikan GRUB Ubuntu sebagai bootloader sistem, perlu diinstal ulang ke MBR.
Caranya: Boot komputer dengan menggunakan Ubuntu Live CD dan pada saat tampil menu booting pada live CD Ubuntu pilih “Try Ubuntu without any change to your computer“.
Buka terminal, dengan mengklik menu Applications, Accessories, Terminal
Untuk masuk ke modus konfigurasi GRUB, ketik “sudo grub” lalu tekan Enter. Kemudian ketik perintah berikut secara berurutan:
– root (hd0,0)
- setup (hd0)
- quit
- exit

### END DEBIAN AUTOMAGIC KERNELS LIST

Tittle                 Windows Seven
Root                 (hd0.1)
Makeactive
Chainloader+1

Reboot komputer. Anda akan melihat bootloader GRUB tetapi tidak ada opsi Windows Seven – kita membutuhkan penambahan teks untuk penampakan Windows Seven pada opsi boot.
Boot ke Ubuntu dan buka terminal. Lalu ketik perintah ini sudo gedit /boot/grub/menu.lst
Geser halaman menu.lst ke bagian paling bawah isi file dan tulis teks berikut:
title Windows Seven
root (hd0,1)
makeactive
chainloader +1
Simpan file dan lakukan reboot. Ketika GRUB loader muncul tekan ESC untuk menampilkan boot menu. Maka Windows Seven muncul pada pilihan paling bawah – pilih atau klik Windows Seven , maka komputer akan masuk ke dalam sistem Windows Seven.
Jika anda ingin membuat menu GRUB selalu tampil, lakukan boot kembali ke Ubuntu dan lakukan edit file MENU.LST. Cari kata hiddenmenu dan rubah menjadi#hiddenmenu.
Untuk menambah menu timout, rubah default timeout 3 menjadi limit waktu sesuai dengan keinginan kita, misal 5 (artinya menunggu 5 detik sebelum ke sistem ubuntu).

Jumat, 27 April 2012

Membuat dual booting Linux dan Windows XP

1.Back up menu boot GRUB

Apapun yang bootloader Anda akhirnya menggunakan, itu langkah yang sangat baik untuk pertama kembali bootloader GRUB. Sangat mudah untuk kehilangan dan kecuali Anda tahu cara menulis ulang dari awal maka Anda biasanya menghadapi instalasi ulang penuh dari Ubuntu.
Pertama, boot ke Ubuntu dan pergi ke Applications -> Accessories -> Terminal. Kemudian, ketik sudo gedit / boot / grub / menu.lst.
File teks ini berisi semua informasi menggunakan GRUB untuk mengkonfigurasi opsi boot yang berbeda. Gulir ke bawah dan masukan antara "# # # # End Pilihan default # #" dan "# # # END DEBIAN DAFTAR OTOMATIS kernel" adalah opsi boot Linux.
Buat backup dari file dengan pergi ke File, Save As dan memilih lokasi yang berbeda. Atau mengambil salinan lengkap dari isi dan tempat ke dalam sebuah file teks baru. Jika Anda bisa, membuat cadangan pada removable disk atau lokasi jaringan.

Grub_ubuntu_big

 

2.Membuat ruang untuk XP

Sekarang kita perlu membuat ruang pada hard drive untuk XP, jadi ini akan melibatkan perubahan ukuran partisi utama Ubuntu. Restart sistem dengan menggunakan Live CD Ubuntu karena hal ini memberikan Anda akses ke Partition Editor GNOME. Ketika beban CD, pilih "Coba Ubuntu tanpa merubah komputer Anda".
Setelah beban CD, pergi ke Editor Sistem,, Partisi Administrasi.
Klik kanan pada partisi data yang utama yang telah diformat dengan ext3 - itu harus / dev/sda1 - dan pilih "Resize / Move"
Gerakkan slider dari kanan untuk mengecilkan partisi ext3 dan menciptakan ruang kosong pada hard drive, yang akan mengambil partisi NTFS XP. Pastikan bahwa ruang bebas yang cukup untuk memegang XP (di setidaknya 2GB - sebaiknya 5GB). Kemudian klik "Resize / Move" untuk mengkonfirmasi pilihan, dan "Apply" kembali di layar utama untuk melakukan perubahan yang tertunda.

Partition_editor_big

 

3.Instal Windows XP

Restart sistem dengan CD Windows XP dan boot ke program instalasi.
Sayangnya XP tidak begitu adaptif dalam menangani partisi yang ada pada saat instalasi. Mendeteksi dua partisi Ubuntu dan tanda kemudian C: dan E: sesuai. Unpartitioned ruang sisa yang tersedia untuk XP akan ditandai sebagai F:.
Untuk sistem operasi dan sebagian besar aplikasi Windows yang memiliki skrip instalasi benar-kode, ini bukan masalah. Beberapa aplikasi yang lebih tua akan menganggap bahwa C: adalah partisi sistem dan mungkin memunculkan kesalahan. Ada cara untuk mengubah penugasan huruf drive dari partisi sistem, tetapi dalam skenario ini itu sangat tidak dianjurkan.

Partition_xp_big

 

4.Tidak aktif partisi.

Untuk menghina cedera, XP mendeteksi partisi Linux sebagai partisi sistem aktif dan tidak akan menginstal kecuali menandai partisi ini sebagai tidak aktif.

 

Mark_inactive_big

5.Mengembalikan boot loader GRUB

Setelah XP telah diinstal, ia akan boot ke XP bahagia tetapi tidak ada tanda dari Ubuntu. Untuk mengembalikan GRUB sebagai bootloader sistem perlu diinstal ulang ke MBR.
Boot sistem dari Live CD Ubuntu dan pilih "Coba Ubuntu tanpa merubah komputer Anda".
Buka sesi Terminal - Aplikasi, Aksesoris, Terminal
Untuk masuk ke modus konfigurasi GRUB, ketik "sudo grub" dan tekan Enter. Kemudian ketik perintah berikut secara berurutan:
- Root (hd0, 0)
- Setup (hd0)
Reboot sistem. Anda akan mendapatkan bootloader GRUB tetapi Windows XP tidak akan menjadi pilihan - kita perlu menambahkan ini ke opsi boot.
Boot ke Ubuntu dan membuka sesi lain Terminal. Kemudian, ketik sudo gedit / boot / grub / menu.lst
Gulir ke bawah ke bagian bawah file dan ketik string teks berikut:
title Windows XP
root (hd0, 1)
makeactive
chainloader +1
Simpan file dan reboot. Ketika GRUB loader launches tekan ESC untuk menu boot. Windows XP adalah opsi terakhir - pilih dan XP akan load.
Jika Anda ingin membuat menu GRUB selalu tersedia, boot kembali ke Ubuntu dan mengedit file menu.lst. Cari string teks hiddenmenu dan mengubahnya ke # hiddenmenu.
Untuk meningkatkan timeout menu, mengubah default timeout 3 untuk sesuatu yang lebih sesuai.

Cara Membuat Bootable Windows xp di Flashdisk

  1. Siapkan 1 buah USB drive dengan kafasitas 1 – 2 GB
  2. Aplikasi untuk format FlashDisk dan silakan Download DISINI
  3. Program untuk membuat autorun windows XP/Vista agar bisa boot dengan flashdisk yakni WinToFlash Download
  4. Jika ketiganya telah anda persiapkan, untuk langkah pertama silahkan anda format USB Drive / Flashdisk anda dengan aplikasi pada langkah No.2 setelah selesai pekerjaannya sekarang install aplikasi WinToFlash sampai selesai.
  5. Untuk windows file Path Anda harus mengklik tombol pilih lalu mencari file windows XP yang berada di CD ROM seperti screenshot ini.
  6. Kemudian untuk pilihan USB Drive silahkan anda klik tombol pilih lalu cari Drive flasdisk berada.
  7. Setelah keduanya anda pilih silahkan lanjutkan dengan menekan tombol berikutnyaBeri ceklis pada “Aku diterima syarat-syarat …..” lalu klik tombol Lanjutkan dan tunggu hingga selesai proses boot-nya. Setelah berhasil membuat Windows XP USB sekarang sudah siap digunakan untuk install windows lewat USB/FlashDisk.UPDATE!!!! Cara Instal Windows XP/Vista/7 Melalui FlashDisk
    Sebenarnya untuk cara instalasi via FlashDisk itu hampir sama dengan menggunakan CD/DVD cuma yang membedakannya hanya dari Boot pertamanya saja, jika Anda mau instal OS dari FlashDisk perhatikan gambar dibawah ini untuk setting BIOS-nya. Pada First Boot Device menunjukan CD ROM (untuk instal windows melalui CD/DVD) jika ingin menginstal windows 7/XP/Vista ke Flashdisk cukup ganti First Boot Device ke nama FlashDisk Anda.

     

     

    Cara menggunakan Win To Flash

    Sebelumnya download dulu WIN To FLASH DISINI
    WinToFlash adalah sebuah perangkat lunak untuk transfer Windows XP, Windows 2003, Windows Vista, Windows 2008, Windows 7 setup Anda dari CD atau DVD ke USB dalam beberapa klik mouse. Kemudian Anda dapat menginstal Windows Anda dari USB pen, HDD, USB flash drive atau FlashDIsk dll untuk komputer atau netbook Anda.
    WinToFlash terbaru 2011 dapat mentransfer live CD atau DVD ke kartu USB, misalnya, BartPE. Setelah semuanya selesai dipergunakan Anda dapat menghapus media Anda dan mem-format USB dengan Windows untuk penggunaan sehari-hari. WinToFlash mendukung untuk semua windows seperti Windows XP/2003/Vista/2008/7
    Namun ada beberapa pertanyaan yang masuk melalui kotak komentar yang meminta lisensi untuk Novicorp WinToFlash padahal telah disertakan dalam setiap paket downloadnya.
    1. Setelah anda download kemudian ektrak dengan WinRAR atau 7-Zip
    2. Jalankan file WinToFlash dan akan terbuka window baru
    3. Klik tombol Next

    4. beri ceklis pada IAccept EULA kemudian  klik Next lagi

    5. Tekan tombol Activate lisence now

    6. Pilih tombol Select selanjutnya cari lisensi wintoflash yg berada di folder License

    7. Klik tombol Open

    8.Jika telah menemukan wintoflash key tekan tombol Open

    9 . klik tombol Next

    10. Next lagi

    11. Selesai dan untuk melanjutkan membuat bootable USB Driver silahkan klik tombol next. pada screenshot dibawah ini setiap anda akan menggunakan aplikasi wintoflash ini anda cukup menekan tombol Ceklis Hijau.

    …….SELAMAT MENCOBA SEMOGA SUKSES…….

Sabtu, 14 April 2012

Memeriksa hasil perawatan periferal

Setelah melakukan perawatan pada Pheriperal , kita perlu memeriksa hasil perawatan yang baru saja kita lakukan. Berikut beberapa tool yang dapat anda gunakan.

1) Tool yang digunakan utuk mengecek periferal

Windows banyak menyediakan tool untuk mengecek periferal yang
terpasang dalam komputer, walaupun banyak juga tool yang
disertakan dari vendornya untuk mengecek periferal tersebut. Berikut
beberapa tool yang digunakan untuk mengecek periferal :

a) Device Manager

Device manager digunakan untuk mengetahui keadaan secara
menyeluruh. Untuk menampilkannya: klik kanan pada my computer à
properties, kemudian pilih tab hardware à device manager.
Dari tampilan Device manager pada gambar 15 dapat diketahui semua
hardware yang terpasang pada PC. Tool ini dapat digunakan untuk
disable/enable hardware yang dipasang dan juga untuk uninstall driver
maupun update driver. Device manager juga dapat memberikan
informasi apakah periferal tersebut sudah terinstall drivernya dengan
baik atau belum. Apabila periferal tersebut belum terinstall dengan
sempurna, maka akan terdapat simbol “!” pada periferal tersebut.

b) System Information

System information digunakan untuk mengetahui informasi bagian
hardware. Untuk memanggil tool ini klik startà programàacessoriesà
system toolsà system information. Akan didapatkan tampilan semua informasi
tentang hardware yang terpasang pada PC. Tool System information
ini dilengkapi dengan fungsi cari yang berfungsi untuk memudahkan
pencarian komponen dalam komputer. Selain itu tool ini dilengkapi
juga dengan fasilitas yang mampu digunakan untuk mendiagnosa
jaringan, hardware dan file system.

c) Direct X

DirectX merupakan tool bawaan windows yang digunakan untuk
mendiagnosa semua hardware yang berhubungan dengan grafis,
network dan multimedia. Tool DirectX dapat juga dipanggil dari tool
system information.
Gambar 18 menampilkan secara keseluruhan dari tool Direct X.
DirectX mampu mendiagnosis system, display monitor, sound, music,
input, dan network. Tool ini dilengkapi dangan feature-feature
acceleration untuk meningkatkan performance dari fungsi periferal. Tampilan Tool DirectX untuk Diagnosis Bagian Sound Tampilan tool DirectX terdiri dari tiga bagian yaitu Device, driver, dan note. Pada bagian device berisi nama dari periferal yang
terpasang. Untuk driver berisi tentang driver yang dipakai meliputi
versi dan vendor pembuatnya. Sedangkan untuk note adalah berupa
log yang menerangkan kondisi dari periferal, apakah ada konflik atau
tidak. Dengan tool DirextX dapat diketahui ada tidaknya trouble pada
periferal yang terpasang. Tool ini sangat mudah digunakan untuk
mengetes kemampuan resolusi monitor, kemampuan dukungan 3D.

d) Printer Tool

Tool yang digunakan untuk perawatan printer dapat menggunakan
software dari vendornya. Penjelasan dalam modul ini menggunakan
printer dengan merk Cannon S200Spx. Berikut tool yang digunakan
untuk mendiagnosis printer.

Cleaning dan deep cleaning digunakan untuk membersihkan head
dari tinta yang menghambat jarum head printer. Perbedaan cleaning
dan deep cleaning adalah dari kadar pembersihannya. Untuk deep
cleaning lebih bersih dan lebih maximal dalam membersihkan jarum
head printer.
Nozzle check digunakan untuk mengecek pola dari head printer, cara
ini digunakan jika pola printer mengalami permasalahan.
Print Head alinggment digunakan untuk memperbaiki posisi head
printer jika mengalami penyimpangan. Jika posisi head tidak dibenahi
maka dalam mencetak garis mengalami penyimpangan. Begitu juga
untuk hasil cetakan warna ,jika tidak dilakuakan pembenahan
alignment-nya, kualitas warna akan menjadi jelek.
Ink Counter Reset, digunakan untuk mereset indicator tinta agar
penuh kembali. Tool ini digunakan apabila telah dilakukan pengisian
tinta. Sebagai catatan jika setiap mengisi tinta diusahakan sampai
penuh benar sehingga indicator akan bekerja dengan tepat. Saat
mengaktifkan opsi ini pastikan printer dalam keadan on.
Low Ink Warning Setting digunakan untuk menampilkan pesan
atau warning jika kondisi tinta hampir habis. Opsi sangat penting
Karena akan memberi tahu kondisi tinta, langkah ini merupakan
langkah preventif yang digunakan untuk mencegah kerusakan catridge
yang diakibatkan karena kehabisan tinta.
Customs Setting digunakan untuk operation mode printer dalam
mengatur lama tidaknya waktu tunggu sampai tinta kering. Hal ini
dimaksudkan untuk mengatur kecepatan mencetak untuk tiap
lembarnya jika waktu pengeringan tinta di percepat. Namun hal ini
akan berakibat kertas menjadi kotor karena proses pengeringan belum
selesai maka perlu ditambah waktu untuk melakukan pengeringan
dengan menggeser slide bar ke kanan maka waktu tunggu
pengeringan tinta akan semakin lama atau lebih kering.